Lagu Dangdut Kerinci-Liku Pungalang

http://www.kyutgirl.net/ronz/mp3/liku-pungalang.mp3

Potongan Lagu Dangdut Kerinci yg baru dirilis bulan Puasa Kemarin. Sound-sound saya ambil dari KN7000 + Reason + Hypersonic + SampleTank + Slayer.

Judul Lagu: Liku Pungalang (Liku Penghalang)
Cipt. : Budy CN.
Penyanyi: Ismail & Anggun
Album: Suluh Bindang
Album No: 7
Music Arr: RoNz Novicalz
Produksi: Kerinci Sakti Record

Mohon kritikannya yah..

mantap, lae.
tetap di ciri khasnya yah.
Repot juga menghindari biar ga sama ciri khasnya
ntar aku beli albumnya... belum sempat meluncur ke pasar.

Makasih, lae.
Btw, ciri khas yg mana yg lae maksud?

Mohon kritikan lebih mendalam ttg musik n mixingnya. Baru ganti teknik mixing lagi neh, lae. Maklum lagi belajar.. Jadi nyari-nyari selah gitu istilahnya. hehehehe

Hayaaaaa....... Ini emang kerjaannya orang dangdut. Aransemen sudah Ok punya. Kelihatan bahwa basicnya sudah lama di dangdut.

Catatan saya (wwoaaaalllaahh... kaya' udah ngerti aja, padahal mainpun gak bisa...):

Lae Ronz, intronya terkesan over exiter ya ? Nada hi/treble di intro terlalu dominan, padahal musiknya bagus. Ada bunyi riff dr overdrive/distorsi yg seharusnya menjadi efek "kejut" di intro, tetapi menjadi kabur akibat bunyi hi-hat/cymbal yg terlalu tinggi. Menurut saya 'natural'nya musik dangdut, hi-nya harus agak adem aja, kecuali emang mau digasak/digoreng habis, misalnya di interlude.

Leveling antara penyanyi dan musik iringan harus dipilih, mana yg jadi mainstream dan mana yg jadi accompainment.

Pada Interlude, itu maksudnya sax ya? Kalau ya... teknik bermain sax harusnya diperhalus... sulingnya OK banget, tp saxnya patah.... atau ada maksud lain?

Bagaimanapun juga memang terasa banget kemiripan teknik dengan lae Antoni.... Atau jangan-jangan, emang sudah idiom umum ya? Ini salah satu faktor kesulitan bermain di lagu daerah......

Maju terus....

kalau saya ikutan gimana
nonton aja deh ga cape...

@Indra:Kalau sampeyan ikutan komentar ... maka dunia SF akan bergossip tentang kita berdua ..... Nih orang berdua, gak bisa main musik, tapi ngomentarin musiknya orang. Hahahahahahaaa

wkakakaka...

saya juga cuma bisa kunci dasarnya kalau main musik, itupun megang cord dan melody gemeteran masih untung ga pingsan

ihutm wrote:

Bagaimanapun juga memang terasa banget kemiripan teknik dengan lae Antoni....

nah, tu kan
susah ngindarinnya
ntar cari strategi baru lg deh, biar benar2 beda

masalah audio, sepakat dgn amangboru. Nambahin aja, paralel reverbnya masih mencolok ky album2 sebelumnya.

Cuma segitu aja.
Mantap


@pak Indra :
gejala kurang darah,pak.

Makanya kalau main... saya paling suka lagu SUNATAN MASSAL... Iwan Fals ... Pakai Style Dangdut, Chord nya cuma 1...dari awal intro sampe abis.....

Gimana cara bikin lagu kaya' gitu ya.... chord tunggal, tapi Enaaakkk!!!

@admin : iya kebayakan begadang bongkar power

@ihut : mendingan cord tunggal daripada kalimat tunggal dalam seluruh syair dari awal sampai akhir kalimatnya itu-itu aja, tapi banyak yg suka aneh yah, ...

ijin download

Wah, mesti dengar lagu Kerinci nih. Ga pake2 chord, cuma hantam gendang aja.
RANTAK KUDO

baru selesai download

Quote :

Nada hi/treble di intro terlalu dominan, padahal musiknya bagus. Ada bunyi riff dr overdrive/distorsi yg seharusnya menjadi efek "kejut" di intro, tetapi menjadi kabur akibat bunyi hi-hat/cymbal yg terlalu tinggi. Menurut saya 'natural'nya musik dangdut, hi-nya harus agak adem aja, kecuali emang mau digasak/digoreng habis.

sama seperti lae ihut kalau ada yg lebih lembut saya juga akan pilih itu
mungkin kondisinya karena seperti ini lae ihut, menurut perasaan saya atau saya yg salah disebabkan karena tamborinnya oktaf bandwidth cukup lebar jadi banyak frekuensi atas yg di boost cukup kuat agar terdengar cukup jelas, mudah-mudahan saya salah lihat.. mungkin kalau oktafnya di perpendek atau dB di smooting lebih nyaman maksud lae ihut ??

(cara lihat oktaf sederhana saya dengan winamp, terlihat 6 oktaf naik semua pada jatah tamborin )

RoNz wrote:

Btw, ciri khas yg mana yg lae maksud?

ala musiknya Meggi Z
sound sampai gaya arransemennya tetap di sekitaran itu.

Indra wrote:

cara lihat oktaf sederhana saya dengan winamp, terlihat 6 oktaf naik semua pada jatah tamborin

Mungkin lebih enak liat di Windows Media Player aja, pak. lebih gede bar spectrumnya

Wah...aku nggak lihat di win-amp, karena kompie kantor cuma ada zoom (aplikasi yg tersedia, penambahan aplikasi bisa di tilang).

Kalau ada 6 slide yg naik berbarengan, walaupun tingkat akurasi win-amp tidak presisi, sudah pasti ada over boosting di daerah tsb.

Nah, lae Ronz, pelajaran berharga nih ke SE nya lae Ronz, utk selalu men'delik' i RTA (walaupun yg paling sederhana seperti win-amp).

Jadi teringat, dulu waktu belajar, seniornya bilang : "seni melihat suara"

@admin : ralat, sebenarnya bukan 6 oktaf tapi 6 bar/slide saja
sebab kalau teori oktaf itu ada 10, sekedar nambahin biar standar

@ihut : wah ada deep frezeenya yah

ihutm wrote:

Hayaaaaa....... Ini emang kerjaannya orang dangdut. Aransemen sudah Ok punya. Kelihatan bahwa basicnya sudah lama di dangdut.

Catatan saya (wwoaaaalllaahh... kaya' udah ngerti aja, padahal mainpun gak bisa...):

Lae Ronz, intronya terkesan over exiter ya ? Nada hi/treble di intro terlalu dominan, padahal musiknya bagus. Ada bunyi riff dr overdrive/distorsi yg seharusnya menjadi efek "kejut" di intro, tetapi menjadi kabur akibat bunyi hi-hat/cymbal yg terlalu tinggi. Menurut saya 'natural'nya musik dangdut, hi-nya harus agak adem aja, kecuali emang mau digasak/digoreng habis, misalnya di interlude.

Leveling antara penyanyi dan musik iringan harus dipilih, mana yg jadi mainstream dan mana yg jadi accompainment.

Pada Interlude, itu maksudnya sax ya? Kalau ya... teknik bermain sax harusnya diperhalus... sulingnya OK banget, tp saxnya patah.... atau ada maksud lain?

Bagaimanapun juga memang terasa banget kemiripan teknik dengan lae Antoni.... Atau jangan-jangan, emang sudah idiom umum ya? Ini salah satu faktor kesulitan bermain di lagu daerah......

Maju terus....

Wah, komentar seperti inilah yg saya harapkan, apalagi utk pemula seperti saya yg masih sangat membutuhkan kritikan karena sekedar referensi saja tidak cukup bagi saya. Saya seperti menyadari suatu hal akan tetapi tidak mampu utk memperbaiki karena ilmu saya hanya secuil. Jadi mohon maaf jika saya salah menanggapi komentar2 yg ada.

Apakah yg dapat saya lakukan utk mengurangi over excite tsb pak? Apakah excitenya terdengar over secara keseluruhan atau cm pada beberapa bagian saja (karena dipengaruhi suara instrumen)?

Sebenarnya saya berniat agar musiknya terdengar seperti full band dan bukan dangdut alami, akan tetapi saya tidak mengerti cara memixing band itu sendiri. Apakah hi-hats/cymbals harus dikurangi secara keseluruhan atau pada bagian itu saja pak?

Maaf pak, mohon pencerahan atas apa yg dimaksud dgn mainstream atau accompaniment dan cara pemilihan levelnya. Saya benar2 tidak mengerti pak.

Sax tsb memang terpaksa spt itu karena kebetulan soundnya saya bikin monopony sehingga patah2 dan dimainkan tanpa menggunakan pitch bend karena tuas pitch bend hanya berpengaruh pada amplitude/level sound sax tsb.

Teknik bermain spt apa yg pak ihutm maksud? Maaf banyak nanya karena saya masih belum begitu mengerti. Daripada salah kaprah lebih baik saya bertanya.

Thx banget pak atas pencerahannya.

indra_co_maniz wrote:

mungkin kondisinya karena seperti ini lae ihut, menurut perasaan saya atau saya yg salah disebabkan karena tamborinnya oktaf bandwidth cukup lebar jadi banyak frekuensi atas yg di boost cukup kuat agar terdengar cukup jelas, mudah-mudahan saya salah lihat.. mungkin kalau oktafnya di perpendek atau dB di smooting lebih nyaman maksud lae ihut ??

(cara lihat oktaf sederhana saya dengan winamp, terlihat 6 oktaf naik semua pada jatah tamborin )

Bagaimana memperpendek oktaf atau memperlembut dB nya mas? Apakah cuma tamborin aja yg perlu diturunin? Kebetulan saya cuma liat graphic eq nya tidak dengan oktaf atau bar, melainkan spectrum yg spontan merespon setiap frequency. Apakah sebaiknya saya menggunakan oktaf atau bar saja ya mas?

Thx jg pencerahannya

Antoni Pasaribu wrote:

nah, tu kan
susah ngindarinnya
ntar cari strategi baru lg deh, biar benar2 beda

masalah audio, sepakat dgn amangboru. Nambahin aja, paralel reverbnya masih mencolok ky album2 sebelumnya.

Cuma segitu aja.
Mantap

Wah, kalo saya susah donk ganti strategi karena saya ga punya ilmu seperti lae Antoni yg mengetahui teori musik. Jadi saya hanya bisa tetap bertahan pada ciri khas saya yg sebenarnya mengikuti teknik dari arranger musik kerinci dulu. Memang susah mengubahnya nich.

Thx atas sarannya lae, paralel reverb yg lae maksud itu final reverb ya?