Desain Ruangan Untuk Home Theater

First topic message reminder :

Mohon bantuan rekan-rekan SOLFERS untuk mendesain ruangan yang bisa dipakai untuk Home Theater mendekati sekelas studio musik.

Mencakup penjelasan tentang:
1. RT60 (Reverberation Time) dan perhitungannya.
2. Perhitungan dengan metoda lainnya.
2. Ukuran ruangan.
3. Bahan/material/peredaman.
4. Speaker yang digunakan dan ukuran (menggunakan sistem 7.1
5. Tata letak speaker.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan (menjadi concern).
7. Lain-lainnya.

iya mba, 10Hz nya tolong dijelasin

umumnya hanya bisa 30hz, jarang yg bisa 20hz dengan bagus

Iwan Gunadi wrote:

iya mba, 10Hz nya tolong dijelasin

umumnya hanya bisa 30hz, jarang yg bisa 20hz dengan bagus

Freqwensi suara yang dikeluarkan dari speaker hanya bisa diketahui dengan menggunakan alat, gak tahu apa namanya. Kebetulan peralatan punya teman hanya bisa mendeteksi sampai 10 Hz. Diinput pink noise 4 Hz, power pv 1500 watt dengan speaker RCF pada volume terbuka penuh mengeluarkan suara yang sangat-sangat hampir tak terdengar. Hanya seperti angin. Tanpa input, tak ada suara apapun. Sebenarnya gendang telinga kita dan seluruh tubuh dapat mendengar suara 4 Hz, bahkan dibawah itu. Dan hebatnya walaupun kita tidak merasa mendengar, otak kita dapat meresponnya. Anak kecil dibawah usia 10 tahun, jika mendengarkan gelombang suara dengan irama tertentu dibawah 20 Hz akan tertidur dalam waktu kurang dari 5 menit. Semakin kecil umur anak, semakin cepat tidur. Biar gak OOT, silahkan search tentang theta, alfa, brainwave dan sebagainya. Saya juga gak begitu menguasai dasar-dasar freq. tersebut.

Prinsip kerja subwoofer biasa sangat sulit mencapai suara dibawah 20 hz, karena di freq super rendah ini diperlukan lebih banyak aliran udara yang bergerak untuk menggetarkannya.Sebenarnya sudah ada speaker unik yang dapat menghasilkan getaran hingga 1HZ! Prinsipnya sederhana tp dalam prakteknya cukup sulit dibuat, yakni dengan menggunakan model kipas angin sbg speaker,dengan model seperti ini cukup menggunakan speaker ukuran 5 inch untuk menghajar speaker konvensional yang berukuran 12 inch! Ya jelas aja kipas angin kok dilawan..hehehe
@adellia:ini baru sebatas wacana,baru saya terapkan sbg ajang uji coba. semua berawal dari artikel berikut:
http://greenspaces.in/blog/ted09/
tentang penggunaan tanaman (dlm kasus ini adalah sansiviera) sebagai paru2 rumah dan perlu digarisbawahi statement berikut ini: We conducted another experiment and sealed all fresh air and exhaust from the building for 6 weeks and found that that the air quality inside the building was better than outdoors.Artinya kita tidak perlu lubang ventilasi dan bonusnya dapet udara segar! tertarik uji coba?Sori kl OOT (mungkin krn ini ga ada yg punya ide serupa)

im4m_okee wrote:

Speaker apaan tuh bisa nyampe 10 hz mba...? low banget ya...!buat terapi relaksasi jadi dapet. Kebetulan saya pake speaker rakitan merk peerles cuma dapet di 30 hz (numpang ukur di aula kantor tentunya.... di rumah mana dapet) di ukur pake rta phonic. (masalah akurat atau tidaknya gak tau deh...)

Sebetulnya yang terukur 30 hz nya, tapi keluar juga Bang 10 Hz nya... Memang nggak terdengar, tapi ngefek ke anak kecil. Itu indikator paling manusiawi saat mesin tak lagi mampu mengukur. Memang gelombang dengan freq. tersebut untuk relaksasi. Mungkin wawasan Bang Imam lebih mumpuni tentang relaksasi.

Leon wrote:

Prinsip kerja subwoofer biasa sangat sulit mencapai suara dibawah 20 hz, karena di freq super rendah ini diperlukan lebih banyak aliran udara yang bergerak untuk menggetarkannya.Sebenarnya sudah ada speaker unik yang dapat menghasilkan getaran hingga 1HZ! Prinsipnya sederhana tp dalam prakteknya cukup sulit dibuat, yakni dengan menggunakan model kipas angin sbg speaker,dengan model seperti ini cukup menggunakan speaker ukuran 5 inch untuk menghajar speaker konvensional yang berukuran 12 inch! Ya jelas aja kipas angin kok dilawan..hehehe
@adellia:ini baru sebatas wacana,baru saya terapkan sbg ajang uji coba. semua berawal dari artikel berikut:
http://greenspaces.in/blog/ted09/
tentang penggunaan tanaman (dlm kasus ini adalah sansiviera) sebagai paru2 rumah dan perlu digarisbawahi statement berikut ini: We conducted another experiment and sealed all fresh air and exhaust from the building for 6 weeks and found that that the air quality inside the building was better than outdoors.Artinya kita tidak perlu lubang ventilasi dan bonusnya dapet udara segar! tertarik uji coba?Sori kl OOT (mungkin krn ini ga ada yg punya ide serupa)

Wah kayaknya harus minta ijin sama si MOMOD nih.... makin lama makin OOT

Saya masih tanda tanya juga dengan freq. dibawah 20 Hz apakah memang dikeluarkan oleh speaker, walau tak terdengar. Alat ukurnya gak punya, tapi ke manusia koq ngefek gitu lho...
Tentang sansivera, patut untuk dicoba

pertapa jaman dulu kalo bertapa di goa-goa yang banyak lorongnya.... sehingga hembusan angin mungkin saja menghasilkan gelombang ultra sonic... sehingga mereka jadi khusu bertapanya.... tambah oot

Tips agar suara LFE tidak menggangu tetangga tanpa peredam
1. Letakan sub sedekat mungkin dengan pendengar. Dengan mendekatkan sub otomatis tidak perlu menyetel volume kencang2,distorsi menurun dan efek hentakan sub lebih terasa.
2.Menggunakan tactile transducer (TT): Cara kerja TT ini berbeda dengan sub,jika sub menggunakan udara untuk menggetarkan ruangan, TT menggetarkan kursi tempat duduk untuk menghasilkan efek getaran yg merembat ke tubuh,sehingga timbul sensasi bass dari sub

Saya kadang bingung Kang Leon, inti dari Home Theater sebenarnya kan untuk menghadirkan lokasi (apakah itu filem atau panggung) di rumah kita sehingga kita merasa seolah-olah berada di tempat kejadian.

Walaupun itu hanya sebuah dialog yang hadir dalam sebuah filem kita seolah mendengar bahwa percakapan itu berasal dari depan, belakang atau samping kita. Memang suara yang didengar di speaker seharusnya se-realistis mungkin mencakup semua frekuensi yang ada pada saat perekaman.

Saya sekilas pernah membaca bahwa speaker center lebih cendrung untuk mengeluarkan suara vokal daripada speaker rear atau surround, harusnya (idealnya) semua speaker dapat menghandle semua frekuensi.

Contoh misalnya juka suatu percakapan berada dibelakang kamera, harusnya speaker rear-lah yang mengeluarkan suara vokal lebih dominan.

Atau jika suatu ledakan berasal dari samping kiri kamera, seharusnya speaker kirilah yang lebih dominan mengeluarkan suara low dari ledakan.

Namun kenyataannya saya pernah mencoba memasang woofer di line-rear, walaupun ledakan berasal dari belakang kamera tetapi suara low tetap lebih dominan pada subwoofer yang posisi di ruangan HT berada di depan.

Bagaimana menurt Kang Leon, Apakah walaupun sudah system 7.1 atau 8.1 tetap tidak akan mampu menghadirkan efek real dilapangan? (catatan: saya sudah memutar DVD original yang katanya sudah mengadopt dts 7.1)

Mo coba jawab dulu kalo salah maapin ya... Suara low dari subwoofer bersifat omni.... artinya suara itu akan menyebar dan seharusnya lagi.... tidak terdeteksi dari subwoofer, kalo ini terdeteksi.... mungkin harus di cek lagi cut fregwensinya atau subnya itu sendiri..... atau polaritas dari speaker yang di gunakan.

Manusia pada dasarnya dapat mendeteksi sumber suara pada frekwensi diatas brapa gitu ya ? (pernah baca tapi lupa...) yang jelas bukan di range 200 hz kebawah. sehingga penggunaan speaker HT bisa di gunakan pada mode small (suara low gak masuk0, medium (low / bass ada tapi di potong sampe sekian hertz) dan large (semua frekwensi low .... katanya masuk). dan itu kita bisa merasakan lumayan detail bassnya, selah-olah speaker mungil bersuara besar.

Pada prinsipnya..... Speaker multi chanel (termasuk keperluan HT) menggunakan speaker identik dengan power identik. Pada banyak film... suara orang menyaut dari belakang keluar juga dari blakang.... begitu kamera mengarah ke objek suara.... seharusnya suara objek tidak brubah juga di speaker front.


mengenai fungsi speaker center. Kebetulan dan pasti... objek kamera pasti menyorot ke arah tengah.... sehingga mau gak mau speaker center akan sangat dominan ke vokal. Tapi jika objek berjalan... seharusnya juga posisi suara mengikuti.

Nah kalo ngarepin lebih medekati realistis. mendingan maenannya pake blue ray aja bang.... kalo dvd masih ke kompress banyak suaranya. di tambah speakernya mesti di tambahain super tweeter suapaya frekwensi diatas 22khz bisa di repro dengan baik.... subnya juga mesti yang bagusan dikit juga...... nah.... ruang denger juga.... mesti di treatmen.... walah.......

dotcom_gea wrote:

Saya kadang bingung Kang Leon, inti dari Home Theater sebenarnya kan untuk menghadirkan lokasi (apakah itu filem atau panggung) di rumah kita sehingga kita merasa seolah-olah berada di tempat kejadian.

Kalo nggak bisa merasa seolah-olah berada di tempat kejadian, berarti home theaternya belum sempurna. Banyak faktor. Antara lain ruangan harus bagus, power harus bagus, speaker harus bagus, biaya harus bagus. Terlalu kompleks

dotcom_gea wrote:

Walaupun itu hanya sebuah dialog yang hadir dalam sebuah filem kita seolah mendengar bahwa percakapan itu berasal dari depan, belakang atau samping kita. Memang suara yang didengar di speaker seharusnya se-realistis mungkin mencakup semua frekuensi yang ada pada saat perekaman.

Sebagus apapun perangkat home theater dan semahal apapun harganya tidak akan bisa mengeluarkan suara yang aslinya tidak ada. Penjelasan sederhana terletak pada pita kaset jadul. Rekaman musik dibagi menjadi dua track, kiri dan kanan. Mustahil untuk bisa menjadi empat track kiri, kanan, muka dan belakang. Untuk itulah diciptakan rangkaian elektronik yang dapat membuat efek suround

dotcom_gea wrote:

Saya sekilas pernah membaca bahwa speaker center lebih cendrung untuk mengeluarkan suara vokal daripada speaker rear atau surround, harusnya (idealnya) semua speaker dapat menghandle semua frekuensi.

Speaker centre memang harus dominan mengeluarkan vokal. Jika kita melihat acara berita di televisi, suara penyiar harus datang dari depan, tidak dari tempat lain.[/quote]

dotcom_gea wrote:

Contoh misalnya juka suatu percakapan berada dibelakang kamera, harusnya speaker rear-lah yang mengeluarkan suara vokal lebih dominan.

Atau jika suatu ledakan berasal dari samping kiri kamera, seharusnya speaker kirilah yang lebih dominan mengeluarkan suara low dari ledakan.

Harus begitu

dotcom_gea wrote:

Namun kenyataannya saya pernah mencoba memasang woofer di line-rear, walaupun ledakan berasal dari belakang kamera tetapi suara low tetap lebih dominan pada subwoofer yang posisi di ruangan HT berada di depan.

Suara subwoofer membahana, tidak berasal dari arah dimana sub tersebut diletakkan.

dotcom_gea wrote:

Apakah walaupun sudah system 7.1 atau 8.1 tetap tidak akan mampu menghadirkan efek real dilapangan? (catatan: saya sudah memutar DVD original yang katanya sudah mengadopt dts 7.1)

Dengan sistem 5.1 , sudah dapat menghadirkan efek real di lapangan. Sayangnya, seminimapapun biayanya tetap saja mahal. Apalagi 7.1 atau 8.1 yang jelas-jelas dikembangkan untuk tampilan 3D.

im4m_okee wrote:

Nah kalo ngarepin lebih medekati realistis. mendingan maenannya pake blue ray aja bang.... kalo dvd masih ke kompress banyak suaranya. di tambah speakernya mesti di tambahain super tweeter suapaya frekwensi diatas 22khz bisa di repro dengan baik.... subnya juga mesti yang bagusan dikit juga...... nah.... ruang denger juga.... mesti di treatmen.... walah.......

Wah kayak di IMAX. Berapa duit...?

wah udah banyak yg jawab...ikutan nambahin aja
kenyataannya emang seperti itu kang dotcom_gea, bahkan kalo kita nonton film di bioskop pun ga pernah ada percakapan di speaker surround karena memang dirancang seperti itu.kenapa? karena pihak studio berasumsi bahwa kita akan menonton seluruh adegan utama di depan layar,ga lucu kalo tiba2 aktornya jalan ke belakang sambil ngomong cuman muncul suaranya doang dan ga ada gambarnya!Jadi kameralah yang harus mengikuti sedang suara harus tetap di lock didepan layar.speaker surround tetaplah berfungsi sbg speaker untuk menampilkan efek saja.Kl kang dotcom_gea bener2 ingin merasakan suara serealistis itu bisa dicoba di game PC (terutama yg 1st person shooting) dimana tidak ada batasan yg diterapkan oleh pihak studio dan kita bener2 didalam adegan tersebut
beberapa hal dlm HT...
1. Untuk Standard THX gelombang 80hz bersifat omnidirectional, sulit untuk medeteksi asal suara karena suara udah menyebar ga karuan jadi satelit speaker seharusnya bisa menghandle minimal sampai freq 80hz dan speaker cutoff diset di freq 80hz,jd kalo kita masih bisa mendeteksi dariamana asal suara sub berarti penempatannya kurang optimal atau freq cutoff terlalu tinggi.
2. Speaker center sebenarnya sifatnya bukan harus,tapi optional. Speaker ini diperlukan kl penontonnya banyak sehingga penonton dipinggir layar tidak merasa suara vocal yg seharusnya ditengah malah dispeaker depannya. Untuk penonton egois speaker ini tidak perlu,selain lebih mahal ada kemungkinan perbedaan warna suara nantinya.
3. Tidak ada format 7.1 maksimal hanya 6.1,speaker rear di sistem 7.1 adalah mono. Ini karena kepekaan telinga manusia sangat kurang bila sumber suara dari belakang jadi menambah channel yang ujung2nya harus menambah bandwith untuk jalur suara lagi hal yang mubazir
4. angka 1 dalam sistem 5.1 atau 6.1 adalah jalur LFE bukan Subwoofer.Sebenarnya dari awal sistem HT memang dirancang untuk speaker dengan kemampuan fullrange bukan speaker mini.Untuk sistem yang optimal suara rendah seharusnya tetap dihandle oleh speaker untuk jalur tersebut bukan oleh subwoofer karena sub disistem HT dihubungkan ke jalur LFE.Apa beda LFE dan jalur sub? Sub adalah untuk menghandle suara dengan freq infra rendah yang tidak bisa dihandle oleh speaker utama sedang LFE seperti namanya Low Freq Effect berfungsi untuk menghasilkan efek ledakan,getaran dan signal di LFE ini sudah diboost sebesar 15db. Karena speaker sekarang berukuran mini ke2 jalur ini akhirnya disatukan,padahal karakter sub dan LFE adalah bertolak belakang.Sub membutuhkan speaker dengan karakter gesit,sedang LFE butuh speaker karakter lamban.

kaya di imax gimana mba...? mo maenan 3d , bd player aku aja belon 3d. hdmi masih 1.3 belon 1.4.... trus lcd belon 3d juga.... belon led lagi..... lagian sofwarenya yang 3d belon bredar banyak. Super tweeter belon punya masih numpang denger ama temen...... he he he he he muahal mba...... gak kuat

@leon.... baru tau lfe minta karakter lamban... thx infonya....(walah nambah lagi nih bikin speaker baru...).
betul bang leon... jika phase speaker sudah benar. benernya 7.1 dan 8.1 gak di perlukan lagi. maenan stereo aja jika ter seting dengan benar, suara bisa megah dan luas. buktinya banyak pemain audio kalo setel sacd atau dvd audio selalu bermain setereo bukan multi chanel. sekali lagi thx ilmunya....

@im4m_okee: saya mah masih junior pak im4m..hehehe,gabung forum biar bisa tambah pinter. sub dengan karakter lamban gini jauh lebih mudah dicari,pokok speaker ukurannya gede biasanya karakternya lamban,malah yg karakter gesit yg harganya mahal.

Terimakasih Kang Leon, penjelasannya sangat bermanfaat dan ternyata banyak kesalahpahaman tentang system 5.1 atau 7.1 karena speaker HT built-up yang meminimalkan biaya sehingga satelit dibikin dari speaker kecil-kecil yang kenyataannya tidak sanggup menghandle suara low.

Dan saya sepakat juga bahwa seharusnya Sub tugasnya memang hanya untuk LFE yang memang sulit untuk mendeteksi arahnya, sedangkan low mid high di handle oleh speaker lainnya.

Dan saya memang merasakan bahwa suara di game-game terkini cendrung lebih realistis daripada movie dts (kebetulan saya suka ngegame juga ) mungkin karena pengembang games lebih serius dalam merepro sound daripada movie yang lebih terfokus pada resolusi dan fps filem.

Edit: tambahan

Saya sering kalau main game teriakan dari belakang atau ketukan pintu seolah-olah memang berasal dari belakang (speaker rear), jadi saya rasa tidak selamanya vokal harus dihandle oleh center. Dan saya juga pernah mencoba menggunakan headphone Sennheiser PX-200 untuk game dan mensetting virtual surround, malah headphone yang hanya stereo tersebut lebih mampu menghadirkan surround yang baik, tetapi pada saat digunakan di DVD (ori) efek tersebut tidak muncul.

Apakah memang pengerjaan penambahan dts pada movie tidak sebagus pada games atau mungkin bisa dibilang tidak serius.

bukan ngga serius kang dotcom_gea, memang 5.1 untuk movie dan game adalah SANGAT beda.
speaker surround di movie lebih banyak untuk efek ambience,seperti desiran angin, rintik hujan, ramainya suasana di kantor dll bukan untuk memunculkan efek suara dari belakang, makanya dia dijuluki speaker surround bukan rear,sebisa mungkin suara yang keluar dari speaker ini sifatnya omnidirectional shg kita tidak bisa mendeteksi arah datangnya suara karena suara yang keluar seolah2 datang dari berbagai arah melingkupi (surround-ing) pendengar.Karena itulah banyak dipakai speaker di/bipolar sedang kalo pake speaker monopolar disarankan ditempatkan kira2 setengah meter diatas pendengar. Ini beda dengan sistem 5.1 game yang lebih cenderung pin point,sebisa mungkin kita langsung bisa mendeteksi arah datangnya musuh apakah dari kiri belakang atau kanan belakang.Bayangkan kl kita mo bikin HTPC yg bisa buat movie dan gaming....alangkah pusingnya

im4m_okee wrote:

kaya di imax gimana mba...? mo maenan 3d , bd player aku aja belon 3d. hdmi masih 1.3 belon 1.4.... trus lcd belon 3d juga.... belon led lagi..... lagian sofwarenya yang 3d belon bredar banyak. Super tweeter belon punya masih numpang denger ama temen...... he he he he he muahal mba...... gak kuat

Lha iya Bang, teknologi surround kan mulai memasyarakat di tahun 90 an. Kenyataannya sampai sekarang untuk sistem stereo aja gak semua orang paham. Mono aja sulitnya minta ampun... Yang bassnya kurang nendang lah, yang midelnya nonjol lah... yang tweeternya kurang garing lah...

Walaahh, makin pusing aja bikin desain HT, yang bisa buat dengerin musik, nonton film dan sekaligus melanjutkan hobby nge-game

Memang tidak ada didunia ini yang ideal


Kira-kira menurut Kang Leon, bagaimana seharusnya desain ruangan dan perangkat HT yang bisa mencakup tiga hal tersebut (musik, film, game) ?

Paling tidak yang bisa menjadi titik temunya (walaupun tidak ideal), bagaimana caranya perangkat yang bisa bertransformasi jadi stereo untuk musik, surround untuk movie dan pin point untuk game, atau bisa menyesuaikan dengan kebutuhan.

dotcom_gea wrote:

Walaahh, makin pusing aja bikin desain HT, yang bisa buat dengerin musik, nonton film dan sekaligus melanjutkan hobby nge-game

Memang tidak ada didunia ini yang ideal

Tentang tata suara memang nggak pernah ideal. Bukan karena perangkat, tetapi malah pada telinga yang seringkali ngak ideal.