Kayanya lebih untung kali yah kalau Indonesia dijajah Malaysia atau Singapore daripada dijajah bangsa sendiri lebih sadis, jadi harga tidak semau gua suka2 yang jualan.
besok sy tanyain oom ke saplayyer tempohari saya pasang 30 yunit rumah di klantan mudah mudahan harganya bisa sama dalam 1setatau per yunit mana tau adayang mau di indonesia saya bisa import kesana
Justru saya melihat Indonesia, pertumbuhan kemampuan layanan kebutuhan listrik untuk rakyat kalah cepat dengan pertumbuhan kebutuhan rakyat. Kasihan rakyat yang di desa2, pakai genset makin lama makin mahal Bahan Bakar Minyaknya. Kalau terus2an begini pedagang di Indonesia, kayanya lebih enak belanja langsung ke Singapore atau ke Malaysia mumpung ada kemudahan perdagangan antar negara. Biar rakyat bikin koperasi, belanjanya barengan langsung ke Malaysia atau Singapore, jangan belanja didalam negeri, biar pada mampus itu lintah-darat2 di indonesia.
Terimakasih sebelumnya MrNano438, tapi mungkin saya tidak langsung beli, karena saya ingin membantu saudara2 yg didesa bukan untuk sendiri, jadi nunggu perkembangan mereka yg didesa.
emang benar oom tommy di indonesia emang banyak lintah darat apa lagi kalau adabarang baru atau susah carinya terus memasang harga setinggi tingginya biar dapat untung berlipatlipat ganda emang benar singapur lagi murah dibanding disini oom emang kasian orangorang yang tinggal didesa terpencil gak ada aliran litrik yang masuk,kalau pakai disel bahan bakar BBM habis berapa liter dalam satu malam,benar kata mas rio emang ribet mas rio kira2x dengan sampit jauhgaya? sy punya adik sepupu ada disana.
emang benar oom tommy di indonesia emang banyak lintah darat apa lagi kalau adabarang baru atau susah carinya terus memasang harga setinggi tingginya biar dapat untung berlipatlipat ganda emang benar singapur lagi murah dibanding disini oom emang kasian orangorang yang tinggal didesa terpencil gak ada aliran litrik yang masuk,kalau pakai disel bahan bakar BBM habis berapa liter dalam satu malam,benar kata mas rio emang ribet mas rio kira2x dengan sampit jauhgaya? sy punya adik sepupu ada disana.
Memang benar Indonesia banyak yang biadab, karena tak ada UU yg jelas untuk perdagangan, saya lihat semua negara anggota ASEAN sudah punya aturan yang jelas, sehingga pedagang tidak bisa pasang harga semaunya dan membayar upah karyawan sesuka hatinya, tidak bisa seenaknya menjual barang berkwalitas sampah. Negaraku paling besar dengkulnya tapi kecil otaknya, industri anak paling maju disini, sekarang sudah menjadi negara terbesar nomor 4 didunia jumlah penduduknya.
Di Hong Kong pengusaha dan karyawan sama2 naik Kereta (MTR), cuma beda pakaiannya saja. 5 juta/bulan itu gaji pembantu rumah tangga impor, harga barang murah, cuma makanan/rokok/minuman keras yang mahal disesuaikan kewajiban pengusaha membayar upah pegawai dan pajak. Di Indonesia, membayar upah suka2, pasang harga suka2, bayar pajak suka2.
Untuk bang Sableng, Anda enak yah, kalau mau belanja murah tinggal berenang ke Malaysia atau Singapore.
Enggak bisa berenang yah? Belajar dong! Padahal kelihatan jelas itu Singaparno dan Malaysia dari Batam, dipeta kurang dari 1 cm, itu kan dekat sekali. Hehehehe....
Atau berenangnya sebentar aja dipantai, terus pindah ke speedboat kalau malas nerusin.
dan itu semua pesawat terbang dari dan ke bandara di singapura ketika baru saja lepas landas sudah memasuki wilayah negara kita, secara yuridiksi internasional apa boleh ?
sementara sebagian dari kita masih ada saja pemeo untuk menghibur diri " kita ini negara besar kalau dibagi rata pasti hasilnya segitu ",
sementara " biang keroknya dipelihara "dengan dalir regulasi , itulah indoneisia ku yanga saat ini memasuki ulang tahun pada hari saat diketik tulisan ini, berdasarkan peristiwa rengas dengklok
untuk kedepan diperlukan " inverter kebijakan" untuk menghilangkan kesenjangan regulasi yang tumpang tindih,
selamat ulang tahun indonesiaku
Last edited by kloengsoer on Sun Aug 15, 2010 3:33 am; edited 1 time in total
Dimana salahnya, mengapa tertawa? Rasa prihatin bisa diganti dengan "KEprihatinAN", rasa pedih bisa diganti dengan "KEpedihAN", mengapa rasa malu tidak boleh diganti dengan "KEmaluAN"? Bukankah itu benar menurut tata bahasa kita?
Mas Kloengsoer telah memberi kita bahan pemikiran yang membangun
Sat Aug 14, 2010 8:53 pm kloengsoer